Dalam hati setiap orang ada kebutuhan untuk merasa dicintai tanpa harus diperiksa dahulu apakah ia pantas menerimanya.
“Maurice Wagner”
Joe agak pemalu ketika masih remaja, dan bahkan ketika sudah duduk di perguruan tinggi, ia juga tidak memiliki keberanian untuk mengajak kencan seorang gadis.
Pada suatu malam, Jake yang tinggal di kamar lain di asrama yang sama memberikan tawaran yang tidak dapat ditolaknya, tawaran untuk memperkenalkannya dengan seorang gadis, teman pacar Jake, yang kebetulan sedang berkunjung untuk liburan akhir pekan.
“Tidak, terima kasih,” sahut Joe. “Aku tidak mau kencan buta”
“Jangan khawatir dengan gadis ini,” kata Jake menyakinkan Joe.
“Julie gadis istimewa, dan percayalah dia cantik”
“Tidak, “ ulang Joe.
“Ini bukan situasi yang mungkin gagal. Aku bahkan memberimu jalan keluar,” papar Jake.
“Bagaimana?” Tanya Joe.
“Waktu kita menjemput ke asrama mereka, tunggulah sampai ia keluar dari pintu, lalu periksalah sendiri. Bila kamu memang menyukainya, maka baguslah, kita akan menikmata malam yang menyenangkan. Tapi kalau menurutmu ia jelek, berpura-puralah terkena serangan asma. Cukup dengan ‘Aghhhhhhhh!’ lalu kau pegang tenggorokanmu seoralah-olah sulit bernafas. Apabila ia bertanya ‘Ada apa ?’ katakana saja ‘Asmaku kambuh.’ Jadi kencan itu kita batalkan. Begitu saja. Tidak usah ragu. Tidak akan ada masalah.”
Joe ragu-ragu. Akan tetapi ia seruju untuk mencobanya. Apa ruginya? Ketika mereka tiba di pintu asrama mereka, Joe mengetuk pintu, maka keluarlah gadis itu. Ia cantik sekali. Betapa beruntungnya dia ?. Ia hamper tidak tahu harus berkata apa.
Gadis itu juga mengamati Joe dan tiba-tiba, berseru :“Aaahhgggg!”.
Tampaknya tidak hanya mereka yang telah menyiapkan rencana akurat. Kebanyakan kita, entah kapan, pernah ditolak oleh seseorang karena tidak cukup cerdas, tidak cukup jangkung, tidak cukup gagah, tidak cukup tampan tidak cukup cantik, dan sebagainya. Betapa beratnya ketika kita ditolak.
Apabila kita menerima seseorang tanpa syarat, kita memberi mereka kebebasan untuk berada di luar diri mereka sendiri. Penerimaan yang tulus memungkinkan kita melihat nilai sesungguhnya seorang manusia.
Seorang wanita muda yang pernah bertunangan dengan Mozart, sebelum ia meraih ketenaran, seharusnya hidup senang, andaikata ia mau menerima Mozart tanpa syarat. Namun karena terkesan oleh pria lain yang lebih tampan, ia menjadi suka kepada musisi ini hanya karena ia pendek. Wanita itu akhirnya memutuskan pertunangan mereka utnuk pindah kepelukan orang yang jangkung dan menarik. Ketika dunia mulai mengakui Mozart atas prestasinya yang luar biasa dalam bidang musik, wanita tersebut menyesal dengan keputusannya dahulu. “Aku tidak menyangka bahwa ia sejenius itu. Yang kulihat hanyalah bahwa ia pendek.”
Sikap menerima mengkomunikasikan cinta dan nilai dan memberi orang percaya diri untuk menjadi seperti apa adanya. Sikap menerima juga memungkinkan mereka menjadi siapapun mereka sampai mereka menjadi apapun semampu mereka.
Ketika kita mencoba memaksa orang agar mereka menjadi seperti yang kita inginkan, kecenderungan mereka untuk mempertahankan diri, keras kepala, dan sakit hati muncul. Namun, apabila anda memberikan mereka peluang untuk menolak perubahan itu, brarti anda juga memberi mereka kebebasan untuk berubah.
Berhentilah menerima orang berdasarkan apa yang dapat, harus, atau akan terjadi pada mereka andaikata mereka mendengarkan anda. Kita akan terus memandang seseorang melalui kacamata keharusan, kepantasan, tuntutan dan prasangka sampai kita menerima orang lain tanpa syarat.
Eugene Kennedy pernah berkata, “Ketika seseorang menghargai kita apa adanya, ia mempertegas keberadaan kita.”
Tulisan dikutip dari buku "kekuatan cinta untuk sukses" by : Erit Laila Kusen
“Maurice Wagner”
Joe agak pemalu ketika masih remaja, dan bahkan ketika sudah duduk di perguruan tinggi, ia juga tidak memiliki keberanian untuk mengajak kencan seorang gadis.
Pada suatu malam, Jake yang tinggal di kamar lain di asrama yang sama memberikan tawaran yang tidak dapat ditolaknya, tawaran untuk memperkenalkannya dengan seorang gadis, teman pacar Jake, yang kebetulan sedang berkunjung untuk liburan akhir pekan.
“Tidak, terima kasih,” sahut Joe. “Aku tidak mau kencan buta”
“Jangan khawatir dengan gadis ini,” kata Jake menyakinkan Joe.
“Julie gadis istimewa, dan percayalah dia cantik”
“Tidak, “ ulang Joe.
“Ini bukan situasi yang mungkin gagal. Aku bahkan memberimu jalan keluar,” papar Jake.
“Bagaimana?” Tanya Joe.
“Waktu kita menjemput ke asrama mereka, tunggulah sampai ia keluar dari pintu, lalu periksalah sendiri. Bila kamu memang menyukainya, maka baguslah, kita akan menikmata malam yang menyenangkan. Tapi kalau menurutmu ia jelek, berpura-puralah terkena serangan asma. Cukup dengan ‘Aghhhhhhhh!’ lalu kau pegang tenggorokanmu seoralah-olah sulit bernafas. Apabila ia bertanya ‘Ada apa ?’ katakana saja ‘Asmaku kambuh.’ Jadi kencan itu kita batalkan. Begitu saja. Tidak usah ragu. Tidak akan ada masalah.”
Joe ragu-ragu. Akan tetapi ia seruju untuk mencobanya. Apa ruginya? Ketika mereka tiba di pintu asrama mereka, Joe mengetuk pintu, maka keluarlah gadis itu. Ia cantik sekali. Betapa beruntungnya dia ?. Ia hamper tidak tahu harus berkata apa.
Gadis itu juga mengamati Joe dan tiba-tiba, berseru :“Aaahhgggg!”.
Tampaknya tidak hanya mereka yang telah menyiapkan rencana akurat. Kebanyakan kita, entah kapan, pernah ditolak oleh seseorang karena tidak cukup cerdas, tidak cukup jangkung, tidak cukup gagah, tidak cukup tampan tidak cukup cantik, dan sebagainya. Betapa beratnya ketika kita ditolak.
Apabila kita menerima seseorang tanpa syarat, kita memberi mereka kebebasan untuk berada di luar diri mereka sendiri. Penerimaan yang tulus memungkinkan kita melihat nilai sesungguhnya seorang manusia.
Seorang wanita muda yang pernah bertunangan dengan Mozart, sebelum ia meraih ketenaran, seharusnya hidup senang, andaikata ia mau menerima Mozart tanpa syarat. Namun karena terkesan oleh pria lain yang lebih tampan, ia menjadi suka kepada musisi ini hanya karena ia pendek. Wanita itu akhirnya memutuskan pertunangan mereka utnuk pindah kepelukan orang yang jangkung dan menarik. Ketika dunia mulai mengakui Mozart atas prestasinya yang luar biasa dalam bidang musik, wanita tersebut menyesal dengan keputusannya dahulu. “Aku tidak menyangka bahwa ia sejenius itu. Yang kulihat hanyalah bahwa ia pendek.”
Sikap menerima mengkomunikasikan cinta dan nilai dan memberi orang percaya diri untuk menjadi seperti apa adanya. Sikap menerima juga memungkinkan mereka menjadi siapapun mereka sampai mereka menjadi apapun semampu mereka.
Ketika kita mencoba memaksa orang agar mereka menjadi seperti yang kita inginkan, kecenderungan mereka untuk mempertahankan diri, keras kepala, dan sakit hati muncul. Namun, apabila anda memberikan mereka peluang untuk menolak perubahan itu, brarti anda juga memberi mereka kebebasan untuk berubah.
Berhentilah menerima orang berdasarkan apa yang dapat, harus, atau akan terjadi pada mereka andaikata mereka mendengarkan anda. Kita akan terus memandang seseorang melalui kacamata keharusan, kepantasan, tuntutan dan prasangka sampai kita menerima orang lain tanpa syarat.
Eugene Kennedy pernah berkata, “Ketika seseorang menghargai kita apa adanya, ia mempertegas keberadaan kita.”
Tulisan dikutip dari buku "kekuatan cinta untuk sukses" by : Erit Laila Kusen
Emang ada orang mencintai tanpa sarat sedikit pun ???
emang susah mencintai seseorg tanpa syarat, bahkan kadang kita sendiri ngasi syarat ketinggian...
@w|znu...menurutku cinta tanpa syarat sungguh suatu hal yang sangat kecil kemungkinan untuk terjadi....aku hanya terkesan dengan cerita ini aja bro...
@blogger-holic...emang setinggi apa bro...hehehe...heheh......sifat dasar manusia tidak jauh dari syarat-syarat....betul gak???