Dia juga bercerita bahwa waktu itu, waktu chat itu, dia sedang berada di Rumah Sakit di Dallas. Setelah selesai melakukan chemotherapy, akhirnya dia memutuskan untuk chat dan berbagi dengan teman-teman di dunia mayanya. Aku sempat bertanya waktu itu,
“..apakah kamu dah kuat dan cukup tenaga bot untuk chat..?” Dari seberang dia mengetik dan terlihat olehku dimonitorku.
“..memang sih masih agak lemas bot, makanya, aku ngetik agak perlahan yah,,,!! “ ujarnya. Aku langsung jawab dengan
Ok deh klo gitu, tapi gak usah dipaksain, kataku. Setelah dianya bercerita sedikit tentang proses chemotherapy yang dialaminya, akhirnya kami kembali chat dengan gembiranya.
Sempat juga dia menanyakanku kapan pulang kampung.
Sedikit kuperjelas, bahwa kampungku dan kampung dia berdekatan, dan hanya berjarak kira-kira 7 Km. Dia juga mengatakan bahwa dia sangat-sangat rindu pulang ke kampung halaman dan berjumpa dengan kedua orang tuanya.
“..Dengan candanya, dia mengatakan ; disini gak enak bot, gak bisa makan daun ubi (daun singkong), soalnya disini gak ada…Klo di kampungkan, bisa sesuka hati memasak dan makan pake sayur daun ubi…” katanya waktu itu.
Kontan aja aku tertawa karena candanya itu. Sempat juga aku mengatakan
“Udah bot, kamu suruh aja pak Bush nanam ubi kayu (singkong), kan bisa klen petik bersama…” candaku. Kontan aja dia mengirimkan
“icon Tertawa” beberapa kali. Trus, dia berkata,
“…ah, aku pulang taun depan ajalah..” katanya. Pokoknya, gak enaklah bot disini, ujarnya. Lingkungan disini tidak seperti lingkungan di kampung kita bot, katanya. Walaupun tentang teknologi disini oke banget, tapi masalah sosial, kampung masih menang jauh, lanjutnya juga. Akan tetapi, chat kami tiba-tiba terhenti karena dia mengatakan klo bahu hingga lengan sebelah kirinya itu sakit lagi. Jadi, aku pun menyarankan dia untuk istrahat.
Hari-hari berikutnya, hingga kini, aku tidak pernah lagi chat sama dia, setelah chat yang berberita kesembuhannya itu. Dalam hati tentunya aku bertanya-tanya. Teman yang lain (teman semilist) juga pada bertanya tentang dia. Dan tidak satu orang pun tau.
Hingga akhirnya, tanggal 24 agustus sore, aku kembali OL dan melihat isi dari blog ini. Kucoba perhatikan
“recent comment” yang ada di blogku. Betapa terkejutnya aku melihat ada komentar yang mengatakan seperti ini :
Ralita Sitio passed away on 25 August 2008. We will miss her beautiful smile and her gentle, funny spirit. We rejoice in knowing that she is now free of pain!
Tentu saja hatiku terkejut dan tidak terima akan itu. Tapi, karena melihat link yang memberikan comment itu tidak ada (Anonim)
liat comentar paling bawah, akhirnya aku mengacuhkan saja comment tersebut. Ini bisa saja orang yang iseng terhadap dia, pikirku.
Tapi, rasa penasaran dan pengen membuktikan dia itu baik-baik saja, akhirnya aku melihat ke
blog dia dan
friendster dia . Akan tetapi, disana aku menemukan kata seperti itu juga. Dalam rasa penasaran, aku coba buatkan pesan di kotak pesan di blognya, dan menyuruh kawan yang lain untuk menanyakan keadaannya lewat massage di Friendster.
Akan tetapi, dua hari setelah itu, tidak ada juga jawaban akan keadaan dan berita dia. Hingga akhirnya, rasa penasaran berkecamuk diantara
kawan-kawan semilist. Tapi, semuanya percaya, bahwa dia baik-baik aja. Karena sebelumnya, dia bercerita jika penyakit kankernya itu sudah sembuh. Semua berharap dia sehat walaifiat aja.
Tapi, besoknya, aku coba masuk ke blog dia, karena tidak ada jawaban tentang keadaannya. Adalah orang yang mengaku dekat sama dia disana, dan memberikan sebuah email untuk bisa dijadikan sumber komunikasi.
Langsung aja aku kirim email ke untuk menanyakan berita tersebut ke email itu. Dua hari setelah aku kirim email untuk menanyakan informasi itu, akhirnya email balasan dari teman dia itu akhirnya datang juga hari senin yang lewat.
Betapa terkejutnya aku membaca isi email tersebut. Betapa sedihnya aku melihat kenyataan dan kepastian berita kepergiannya benar adanya. Betapa rindunya aku akan canda dan tawanya seperti yang dulu. Akan tetapi, semuanya sudah sirna, semuanya tak akan dapat saya liat lagi. Semuanya tidak akan dapat kurasakan lagi. Dia telah pergi untuk selamanya, dan telah bersanding bahagia dengan Bapa di Surga.Akhirnya, setelah membaca berulang-ulang isi email itu, aku berikan juga info itu kepada teman-teman semilist. Hingga akhirnya semuanya merasa sedih dan berduka akan kepergiaannya. Semuanya terharu akan penomena yang telah dibuatnya selama ini. Memang dia adalah seorang person yang bisa membahagiakan orang dan selalu tampil ceria di antara teman-teman milist.
“..Selamat jalan botouku, selamat jalan temanku, semoga kamu senang bersamaNya bahagia disisiNya. Saat ini, kamu tidak akan merasakan sakit yang amat dalam itu lagi. Saat ini kamu tidak akan merasakan takut lagi akan hidup. Karena kamu akan hidup bersamaNya selamanya. Amin..”*Tulisan ini untuk Ralita Sitio di Rumah Bapa.